Alamat Blog Baru dan Mau Dibawa ke Mana Blog Ini?


Kehilangan akses ke domain lama

Tahun 2013 setelah lima tahun nge-blog, saya memutuskan untuk membeli domain premium untuk blog ini. Biar kayak bloger beneran. Dengan bangga, saya menggunakan identitas itu ke mana-mana.

 

Sebelas tahun berlalu. Sekitar pertengahan 2024, saya kehilangan akses ke dashboard pengelolaan domain saya. Sebenarnya saya sudah menghubungi customer service dan mereka menawarkan solusi administrasi yang masuk akal tetapi cukup berat untuk saya lakukan.

 

Setelah menimbang cukup lama, saya memutuskan untuk menggunakan domain baru saja sekalian.


Kondisi terkini

Tahun 2024, saya hanya berhasil menelurkan dua biji tulisan. Sungguh sebuah prestasi yang tidak membanggakan. Dibilang sibuk, sebenarnya masih bisa meluangkan waktu juga. Teman-teman saya, yang bahkan lebih sibuk saja masih bisa meluangkan waktunya.

 

Ngomong-ngomong soal teman, dunia blog belakangan ini semakin sepi. Meskipun jarang posting, saya masih rutin membuka blog-blog teman-teman saya. Beberapa masih aktif, lebih banyak lagi yang sudah tidak update. Pindah ke Youtube, Instagram, atau Tiktok.

 

Lalu untuk apa membeli domain?

Saya juga bingung kenapa saya mengeluarkan uang dua ratus ribu untuk membeli domain ini kalau sudah jarang diisi dan teman-teman blog juga sudah semakin berkurang.

 

Mungkin alasan nostalgia. Beberapa waktu yang lalu, saya membaca kembali tulisan yang saya tulis sewaktu masih kuliah. Geli. Namun itu adalah tulisan saya, yang saya anggap keren pada waktu itu.

 

Scroll, scroll, scroll di tulisan lain, saya tertawa. Sedih. Atau sesimpel, "oh ini pernah kejadian ya?". Membaca tulisan-tulisan lama seperti berdialog dengan diri sendiri di masa yang lalu. Dia seperti bilang, "eh ingat ini tidak?". Lalu menunjukkan tulisan dan foto yang dia maksud.

 

Blog ini adalah hidup saya

Saya membuat blog ini di sebuah warung internet, sebelah SMP 30 Makassar. Tidak ada tujuan, hanya karena suka. Blog ini juga beberapa kali mendatangkan hal baik, membuka kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ke Bali gratis, salah satunya.

 

Blog ini adalah arsip kehidupan saya. Entah mengapa, saya bisa jujur di sini, di blog saya sendiri, sebagai diri saya sendiri.

 

Suatu hari nanti ketika ingatan saya mulai tumpul, saya ingin bercerita kembali dengan diri saya di masa yang lalu itu. Mengingatkan hal-hal baik yang pernah saya alami. Meski agak khawatir juga kalau suatu hari, anak saya menemukan blog ini dan membaca aib bapaknya (Halo, Ale!).

 

Blog ini telah lebih daripada arsip, blog ini adalah hidup saya. Ketika saya menikah, di saat orang-orang pada umumnya membuat undangan digital di vendor, saya membuat undangan pernikahan via blog ini.

 

Bukan karena pelit, tetapi saya ingin undangan saya personal dan tetap ada selama blog ini masih bisa diakses. Kalau numpang di server orang, tidak lama juga hilang.

 

Untuk kamu yang membaca blog ini, selamat menyambut tahun baru 2025 yang datang sebentar lagi, dan selamat datang (pause sejenak) dityar.com.


Makassar setelah lima tahun merantau, 2024.

Seru! Belanja dan Ikut Workshop di ASUS Exclusive Store Makassar


Kesimpulan

Alamat ASUS Exclusive Store Makassar adalah di Trans Studio Mall Makassar LG No 91A. Berbelanja melalui ASUS Exclusive Store punya banyak kelebihan, seperti stok yang selalu update, jaminan keaslian dan garansi produk, serta kesempatan untuk mencoba produk secara langsung.

***

Workshop di ASUS Exclusive Store
Seru. Itulah kesan yang saya rasakan saat menghadiri workshop yang dilaksanakan di ASUS Exclusive Store Sabtu kemarin.

 

Workshop pertama dibawakan oleh Picel Media, dan yang kedua dibawakan oleh AiAirin, seorang gamer, cosplayer, serta idol asal Makassar. Kedua narasumber membahas bagaimana kita dapat memanfaatkan AI untuk memudahkan aktivitas harian kita.

 

AiAirin yang datang lengkap dengan kostum Ada Wong dari game Resident Evil berbagi pengalaman menggunakan laptop ASUS ROG untuk main game secara maksimal, serta fitur AI untuk mencari inspirasi pose cosplay. Keren sekali!

 

Selain workshop yang seru, kabar baik lainnya adalah sekarang di Makassar sudah ada ASUS Exclusive Store. Berikut ini adalah enam keuntungan berbelanja melalui ASUS Exclusive Store:

 

1. Stock yang Update
Kelebihan berbelanja di ASUS Exclusive Store yang pertama adalah stok yang selalu update. Jadi, semakin gampang mencari produk baru. Tidak seperti pengalaman saya di tahun 2011 yang harus keliling Makassar mencari laptop baru yang baru saja dirilis waktu itu. *flashback.

 

2. Keaslian dan Garansi
Ini sudah jelas ya, berbelanja jadi lebih aman dan nyaman dengan jaminan keaslian dan garansi barang yang kita beli. Tidak ada lagi kekhawatiran barang bekas, KW, atau refurbish! Dan jika ada kerusakan dalam masa garansi, tinggal bawa ke service center, beres.

 

Garansi ASUS juga panjang: 2 tahun global.

 

3. Mencoba Produk Langsung
Sepertinya ini yang paling menarik. Kemarin waktu mengikuti workshop di ASUS Exclusive Center, saya mencoba ROG Ally yang dipajang. ROG Ally sendiri adalah produk gaming handheld yang mulai menarik perhatian saya. Setelah mencoba, rasanya jadi makin ingin saja.
 

Beli kali ya?

 

4. Perbandingan Produk
Bingung mau Zenbook yang mewah atau versi ROG yang gaming banget? Bisa dicoba dulu di tempat. Bingung? Tinggal konsultasi dengan staff ASUS yang stand by. Kalau sudah yakin, bungkus.

 

5. Aksesoris Resmi
Selain laptop, ASUS Exclusive Store juga menjual aksesoris resmi. Jadi lebih gampang kalau misalnya beli laptop TUF dan mau mouse gamingnya juga, bisa!

 

6. Promo Eksklusif
Biasanya, ASUS Exclusive Store punya gimmick dan promo. Bentuknya bisa berupa diskon atau cashback.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi Instagram @asusexclusivestore.tsm. Oh iya, workshopnya masih akan ada lagi. Silahkan simak di akun Instagramnya ya. Saya sendiri sudah berhasil bawa pulang mouse TUF sebagai doorprize hehe.

 

Narsis bersama AiAirin dan Blogger Makassar

Micro Four Third Belum Mati: Lumix G9 Mark II Hands-On & First Impression

Lumix G9 Mark II: Napas Baru Sistem MFT
Titik Lemah Lumix

Bertahun-tahun, sistem autofocus Lumix menjadi titik lemah. System DFD yang digunakan Lumix, sebenarnya untuk foto masih cukup-cukup saja. Namun sekarang sudah banyak fotografer yang merangkap videografer juga dan lingkungan kerja mereka menuntut autofocus yang cepat dan reliabel supaya tidak kehilangan momen.

 

Andai saja Lumix berani membuang sistem DFD dan mengadopsi Phase Detection Auto Focus (PDAF) yang lebih reliabel dan predictable, saya yakin Lumix menjadi satu langkah lebih dekat menjadi kamera yang sempurna.

 

Sampai akhirnya kejadian. Setelah cukup lama, lewat tajuk New Phase, Lumix mengadopsi teknologi PDAF di jajaran Full Frame melalui seri S5 Mark II dan S5 Mark IIX yang langsung mendapatkan respon yang sangat positif di kalangan para profesional dan para antusias.

 

Seri S5 Mark II dan S5 Mark IIX menerima banyak review positif dan menjadi salah satu kamera paling laku di tahun 2023 kemarin. Mafhum, selain sistem autofocus yang sudah jauh lebih baik, kedua kamera ini juga membawa segudang fitur untuk para videografer dan sinematografer.


Lumix Melupakan MFT?

Akhir tahun kemarin, hampir setahun setelah merilis S5II dan S5IIX, Lumix akhirnya mengumumkan generasi penerus Micro Four Third terbaru setelah GH6 mendapatkan respon yang sepertinya kurang menyenangkan.

 

Jangan salah, GH6 adalah kamera siap tempur dengan segudang fiturnya dan siap menemani kita menerjang segala hambatan hidup - jika kita tidak perlu autofocus. Ayolah, lensa sinema juga toh masih manual fokus juga. Saya akan dengan senang hati mengawinkan GH6 dengan lensa vintage dan boom: cinematic.

 

Lumix G9 Mark II 37mm; ISO 1000; F1.7; 1/250

G9 Mark II (selanjutnya ditulis G9II), akhirnya datang ke Indonesia. Seperti oasis di tengah hausnya para antusias MFT dan komunitas Lumix Owner Indonesia (LOI) yang sudah lama mendambakan rilisan terbaru dari Lumix agar sistem ini tidak mati.

 

Sepertinya cukup aman untuk bilang: Lumix belum melupakan MFT.

 

Lumix G9II: Hands On & First Impression

G9II ini adalah kamera high-end. Bisa berdiri sendiri sebagai senjata utama, G9II ini sepertinya cocok sebagai B-Cam pelengkap S5II dan S5IIX. Bodinya sama persis sehingga aksesoris yang kompatibel dengan kedua kakaknya itu, kemungkinan besar juga akan kompatibel di body G9II. Kontrol dan tombol-tombolnya juga sepertinya identik.

 

Dari segi build quality terasa kokoh khas Lumix. Cukup nyaman di genggaman tetapi perlu diingat lagi karena bodinya sama persis dengan S5II dan S5IIX, G9II ini bukanlah kamera kecil.

 

Bekerja dengan G9II di luar ruangan dengan kondisi cuaca yang tidak terprediksi juga cukup menenangkan karena bodinya sudah tahan debu dan percikan, serta dapat beroperasi pada suhu -10 hingga 40 derajat celcius.

 

Lumix G9 Mark II di 44mm; ISO 1000; F1.7; 1/250.

Autofocus G9II Sudah Bisa Dipercaya?

Dalam pengetesan singkat 10 menit saya kemarin, autofocus G9II sepertinya sudah bisa diadu dengan kompetitor dan jelas bukan lagi deal-breaker seperti generasi sebelumnya. Pulsing sudah tidak muncul dan autofocusnya cepat dan snappy untuk foto. Pada mode video, autofocus-nya cukup lengket pada subjek di video dengan mode AFC (continous AF) dengan moda Human Detection.

 

Lumix G9 Mark II di 42mm. ISO 1000; F1.7; 1/250

Perlu dicatat pengetesan ini saya lakukan untuk 1 orang subjek di depan kamera, sehingga saya tidak bisa mengetes bagaimana performa G9II apabila digunakan di kondisi keramaian seperti liputan ataupun wedding. Silahkan cari reviewnya melalui Youtube.

 

Lumix G9II Untuk Siapa?

Apakah Lumix G9 Mark II Worth It? Jawaban singkat saya: ya. Dibanderol dengan harga Rp29jutaan, jelas ini bukan kamera murah. G9II ini meski mengedepankan fotografer duluan, fitur videografinya sangat bisa mendukung lingkungan kerja profesional dengan dukungan codec yang sangat kaya, dukungan perekaman Prores 422, Real-time LUT, serta dapat merekam langsung ke SSD yang lebih efisien dibandingkan dengan CF-Express atau bahkan SD Card yang perbandingan kapasitas dan harganya yang lebih mahal.

Untuk spesifikasi lengkap Lumix G9 Mark II, silahkan ke website Panasonic Lumix.

 

Lumix G9 Mark II V-Log VS Rec 709 Conversion

Meskipun tidak memiliki active cooling (kipas) seperti S5II dan S5IIX, Lumix memiliki track record yang sangat baik dalam melawan masalah overheat dibandingkan kompetitornya. Pun begitu, perlu tetap bijak apalagi mengingat kondisi cuaca tropis Indonesia yang cenderung panas di luar ruangan.

 

Untuk perekaman pendek masih sangat aman, untuk perekaman panjang pun seharusnya aman tetapi harap tetap waspada demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


G9II ini juga cocok untuk para creator karena sudah mengadopsi teknologi Open Gate juga, mode ini memungkinkan G9II memanfaatkan seluruh ukuran sensor sehingga memudahkan untuk editing keperluan publikasi berbagai media vertikal maupun horizontal.

 

Harapan Seorang Penggemar Kere

Foto bersama Class With Lumix bersama Yudha dari AlphaWorksID

G9II adalah angin segar. Lama dinantikan, kemampuannya memang di luar ekspektasi. Sayangnya, begitu pula harganya. Apabila saya bekerja di lingkungan profesional dan saya sudah memiliki beberapa lensa MFT, saya mungkin tidak akan ragu memilihnya.

 

Sepertinya Lumix juga akan sepenuhnya meninggalkan sistem autofocus berbasis contrast detect (DFD) sehingga kemungkinan besar rilisan berikutnya juga akan mengadopsi PDAF.

 

Sampai saat ini saya masih menggunakan Lumix G85 yang sudah terbilang cukup jadul. Saya sudah punya keinginan untuk upgrade dan mungkin akan menunggu rilisan terbaru yang lebih compact dan terjangkau. Mungkin di lini GX atau G100 Mark II seperti yang dirumorkan.

 

Apabila kamera rilisan Lumix berikutnya lebih terjangkau, mengusung sensor yang lebih anyar, mampu merekam 10 bit (420 juga tidak masalah), 5-axis IBIS (mengingat Lumix pernah mengeluarkan kamera tanpa IBIS), keinginan saya untuk pindah ke brand sebelah mungkin akan dibatalkan.

Pengalaman Pemula Ikut Event Foto Model (Yamaha Photo Race) dengan Lumix G85


Ragu dan minder

Saya mendapatkan info perihal event ini di grup komunitas. Jujur saya tertarik karena pertama belum pernah, kedua ada slot gratis. Namun saya sempat ragu karena minder dengan gear begitupun skill yang saya punya.

 

Saya sudah membayangkan yang ikut event ini pasti para fotografer yang sudah terbiasa. Semua sudah jago, lengkap dengan peralatan perang yang lengkap nan mahal. Jam sudah menunjukkan 06.30, registrasi seharusnya dimulai jam 07.00 sementara saya belum memutuskan.

 

Akhirnya, dengan menarik satu napas panjang sambil meyakinkan diri, saya mengambil kamera Lumix G85, lensa Olympus 12-40mm f2.8 Pro, dan lensa jadul andalan saya canon nFD 50mm f1.4.

 

Lumix G85 | Canon nFD 50mm

Sesampai di lokasi, saya cukup lega karena ketakutan saya tidak terbukti sepenuhnya. Peserta yang ikut memang banyak yang pro tetapi ternyata saya bukan satu-satunya pemula yang ikut. Saya memerhatikan alat tempurnya juga terdiri dari berbagai lini harga dari Canon seri R terbaru sampai Canon 600D produksi 2011. Terpantau juga lensa seri GM dan Zeiss yang harganya mencapai puluhan juta, hingga lensa 7Artisans yang harganya sejutaan.

 

Yamaha Photo Race

Acara ini bernama Yamaha Photo Race, sebuah event fotografi yang dilaksanakan oleh Yamaha dan didampingi oleh Martha Suherman, fotografer profesional yang sudah sangat lama malang melintang di dunia fotografi Indonesia. Setelah registrasi, Ci Martha memberikan pengarahan soal event. Seluruh peserta mendengarkan dengan serius, sambil menyiapkan kamera, lensa, sampai perlengkapan lighting yang dibawa sendiri.

 

Yamaha selaku penyelenggara telah menyiapkan model dan property berupa Yamaha Fazzio dan Filano yang begitu imut dan menarik, serta Yamaha Nmax yang nampaknya terlalu macho untuk pria berukuran nano seperti saya.

 

Ah, kebetulan saya memang naksir sama Fazzio. Sekalian sajalah lihat-lihat.

 

Pengalaman pertama

Sebagai seseorang yang sebenarnya hanya ikut-ikutan dengan skill pas-pasan, bisa dibayangkan di lokasi saya tidak tahu apa yang ingin saya lakukan. Banyak sekali pertanyaan di kepala. Apa yang harus saya foto? Bagaimana mengatur komposisinya? Saya memotret ke arah mana? Lensa mana yang harus saya pakai? Kompor tadi sudah mati belum ya?

 

Tidak berlebihan jika saya bilang sepanjang sesi saya panik dan benar-benar clueless. Sementara para peserta lain sudah beraksi dengan lincah. Bunyi bip tanda autofocus sudah terkunci bersahut-sahutan dengan bunyi shutter yang sudah tertutup. Sementara saya, masih berdiri dengan pikiran kosong.

 

Saya akhirnya memberanikan diri memotret dan hampir semua saya lakukan dengan mengintip melalui EVF (jendela bidik kecil pada kamera). Ini saya lakukan bukan karena kondisi di luar sedang silau melainkan supaya orang lain tidak bisa melihat jeleknya foto saya.

 

Yamaha Fazzio bersama model. Lumix G85 | Canon nFD 50mm

Selain kebingungan mencari posisi, terlihat saya juga kebingungan mencari titik fokus. Terlihat di foto sebelah kanan foto saya tidak fokus ke mata model tetapi sepertinya fokus di tengah, di posisi lengan di atas batok Yamaha Fazzio.

 

"Makanya sering-sering latihan, Tyar!", saya menasehati diri sendiri dalam hati.

 

Lumix G85 + Olympus 12-40mm f2.8 Pro: Focus Hitrate

Setelah beberapa foto yang tidak fokus, saya memutuskan untuk mengganti lensa yang memiliki kapabilitas autofocus. Kali ini saya menggunakan lensa yang lebih fleksibel, 12-40mm f2.8 Pro. Lensa ini memungkinkan saya untuk mengatur komposisi lebih bebas karena bisa zoom in dan zoom out, tidak seperti lensa fix sebelumnya.

 

Setelah mengganti lensa, ternyata tetap tidak fokus.

 

Gagal fokus, literally. Lumix G85 | Olympus 12-40mm f2. Pro

Soal lensa, sebetulnya lensa Olympus ini adalah lensa yang sangat bisa diandalkan soal ketajaman dan autofocus. Di area inilah Lumix G85 menunjukkan kelemahannya. Saya sangat mencintai kamera ini, tetapi memang autofocus bukanlah area unggulnya. Teknologi Contrast-Detect DFD sepertinya sulit untuk mengimbangi momen yang serba cepat. Ditambah saya juga yang memang kurang berpengalaman jadilah mahakarya fokus meleset ini.

 

Seingat saya, saya menggunakan mode deteksi wajah-mata tetapi memang saat saya memotret, area fokus berwarna kuning yang menunjukkan kamera belum mengunci fokus dan saya sudah menembak.

 

Sepertinya saya semakin yakin untuk tidak merekomendasikan kamera ini untuk yang kebutuhan memotretnya lebih banyak. Lebih baik pilih Sony, Canon, atau pilih body Lumix S5 Mark II yang sudah menggunakan teknologi Phase-Detect jika autofocus adalah kebutuhan utama.

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro | f2.8 | 1/2500

Soal ketajaman, combo ini menurut saya masih bisa diandalkan terutama di tempat yang cahayanya cukup. Sayang sekali saya tidak bisa hal yang sama untuk kecepatan dan akurasi fokusnya. Menggunakan Lumix G85 yang autofocusnya tidak reliabel sangat berisiko momen terlewat.

 

Olympus 12-40mm f2.8 Pro: Focal Range

12-40mm di body Micro Fourd Third berarti setara 24-80mm pada kamera Full Frame. Focal range yang cukup fleksibel untuk banyak keperluan. 12mm sudah cukuplah untuk ambil angle lebar, dan 40mm cukup sempit untuk close up.

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro di 12mm

Mohon maaf fotonya miring dan bocor, kedua foto di atas semata untuk memberikan gambaran selebar apa angle yang bisa didapatkan dengan lensa ini.

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro di 40mm

Di focal terjauhnya, lensa ini berada di 40mm, setara 80mm di kamera full frame.

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro di 40mm dan f2.8

Ini adalah alasan saya membeli lensa ini. Focal range yang cukup fleksibel dan memiliki aperture (bukaan) maksimal di f2.8. Memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk sekaligus menciptakan separasi melalui efek blur pada background sehingga foto potret menjadi lebih menarik.

 

Untuk diingat, lensa ini dipasang di body yang sudah cukup jadul yaitu Lumix G85. Saya jadi penasaran bagaimana jika lensa ini dipasangkan di body yang lebih moderen seperti G9 atau GH6, atau mungkin G9 Mark II yang dirumorkan akan segera diperkenalkan sebagai kamera MFT pertama dari Lumix yang mengadopsi Phase Detect Auto Focus (PDAF).

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro

Satu area yang juga menjadi kekuatan lensa ini adalah jarak fokus minimumnya yang cukup dekat. Di atas kertas, lensa ini memiliki jarak fokus minimal di 20cm. Menjadikannya cocok untuk mengambil foto close-up atau detail produk.

 

Lumix G85 | Olympus 12-40mm Pro

Saya kemudian bergerak ke spot foto Nmax. Melewati jalan Sarinah yang pagi tadi sangat ramai. Suasana 17-an masih terasa sangat kental. Sesekali lewat parade.

 

Sebelum memulai memotret, saya mengganti lensa kembali ke Canon nFD 50mm f1.4.


Lumix G85 | Canon nFD 50mm f1.4

Lumix G85 | Canon nFD 50mm f1.4

Berbanding terbalik dengan lensa Olympus 12-40 Pro yang jauh lebih moderen dan tajam, Canon nFD memiliki karakter sebaliknya: soft dan serba manual. Lensa ini tidak begitu tajam, cenderung lembut. Ini sama sekali tidak berarti bahwa lensa ini jelek. Lensa yang usianya lebih tua dari saya ini memang biasanya sengaja digunakan untuk memberi kesan nostalgik dan organik. Cocok untuk foto yang moody.

 

Lumix G85 | Canon nFD 50mm f1.4

Yang pasti, lensa Canon nFD ini jauh lebih menantang untuk digunakan. Pertama, karena ini adalah lensa manual. Kedua, jarak focalnya yang fixed di 50mm atau setara 100m di full frame. Frame menjadi sangat sempit sehingga harus mengambil dari jarak yang cukup jauh. Untuk foto outdoor, ini tidak masalah. Namun untuk penggunaan di dalam studio, ini pasti akan sangat menantang. Bahkan bisa mustahil jika ruangannya kecil.

 

Beda cerita kalau lensa ini di-adapt di body APSC atau fullframe. Frame akan lebih luas dan hasil akan lebih maksimal.

 

Lumix G85 | Canon nFD 50mm f1.4

Ci Martha dengan humble memberikan saran kepada para peserta untuk memperlakukan model dengan respect dan humanis. Kenali namanya, dan jangan ragu untuk memanggil dan mengarahkan. Saran sederhana tetapi sangat berguna untuk saya yang baru pertama memotret model ini. Saya pun mencoba mempraktekkannya dan benar saja. Model terlihat lebih rileks dan refleks saat kita panggil namanya. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih setiap dia menoleh ke saya. Terima kasih, Windy.

 

Lumix G85 | Canon nFD 50mm

Lumix G85 | Canon nFD 50mm

Lumix G85 | Canon nFD 50mm  

Acara ditutup dengan ngobrol santai di halaman Sarinah. Ci Martha memberikan tips dalam memotret dengan memerhatikan anggota gerak model seperti kaki dan tangan. Penting untuk mengarahkan pose, mengatur komposisi, serta angle agar anggota gerak seperti kaki misalnya agar terlihat lebih jenjang. Suatu tips yang seharusnya saya praktekkan di awal karena setelah diperhatikan lagi, anggota tubuh model yang saya ambil banyak yang terkena crop.

 

Ci Martha sharing sambil mempraktekkan pose

Ci Martha juga memberikan tips apabila hunting bareng seperti ini, kita bisa mengambil angle dari bawah sehingga mengurangi risiko fotografer/orang lain yang bocor alias ikut masuk ke dalam frame. Lebih lanjut jika matahari sedang silau, Ci Martha memberi tips untuk mengarahkan exposure ke wajah model dibandingkan langit.

 

Mengikuti event seperti ini ternyata seru dan mengasyikkan. Saya mendapatkan banyak sekali insight dan yang pasti berkesempatan untuk praktek langsung bersama puluhan fotografer dari berbagai genre. Terima masih Yamaha atas kesempatan ini, Ci Martha untuk sharingnya, dan tentu saja kedua model yang sangat lincah dan sabar meski diterpa sinar matahari yang cukup panas.

 

Jika ada kesempatan lain, sepertinya seru jika ikut lagi.

 

Coba cari saya

Jakarta, 20 Agustus 2023.

Jangan Asal Kencang, 7 Pertimbangan Memilih Smartphone Gaming!


Mobile gaming punya komunitas sendiri, dan sepertinya cukup aman untuk bilang kalau komunitas ini tumbuh semakin besar. Saya jadi ingat tempo hari bikin kompetisi kecil-kecilan untuk karyawan di kantor. Hadiahnya sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi tetap saja ternyata kami harus membatasi pendaftar karena melebihi kuota. Seru sekali, terutama saat laga final.

 

Nah kalau kamu berencana membeli smartphone untuk keperluan gaming, kamu mungkin ingin membaca 7 pertimbangan memilih smartphone gaming berikut:


1. Performa

Performa yang handal adalah faktor yang sangat, atau bahkan terpenting dalam memilih smartphone untuk bermain game mengingat ini adalah task yang rakus sumber daya.

ROG Phone 7 janjikan performa tanpa kompromi

Jangankan dalam gaming, performa yang baik pada smartphone akan memberikan pengalaman yang mulus dalam penggunaan sehari-hari. Sebut saja menjalankan aplikasi, berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi yang lain, dan tentu saja bermain game.

 

Mengingat game-game smartphone yang semakin canggih dan berat, performa yang tangguh menjadi semakin penting. ROG Phone 7, ponsel gaming besutan ASUS ROG hadir dengan menjanjikan performa tanpa kompromi.

 

Ditenagai prosesor Snapdragon® 8 Gen 2 Mobile Platform dan up to 16 GB LPDDR5X RAM, smatphone ini dijamin dapat melibas semua game mobile tanpa hambatan pada kualitas terbaiknya.

 

Untuk kalian yang juga suka membuat konten lewat smartphone, membuat video misalnya, spesifikasi ini sudah sangat cukup untuk mengedit video melalui aplikasi mobile video editor.

 

Kalau saya sendiri sih, maunya pakai ROG Phone 7 untuk memainkan game-game emulator, hehe.

 

2. Konsumsi Daya

Ini mungkin jelas ya. Rasanya percuma juga kalau performanya sudah mantap, eh baru main game sebentar sudah harus di-charge lagi. Sayangnya, pada umumnya memang seperti itu. Performa yang tinggi berbanding lurus dengan konsumsi baterai. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan efisiensi daya.

 

ROG Phone 7 ini dijanjikan memiliki manajemen daya yang sangat baik. Ini berkat prosesor Snapdragon 8 Gen 2 3,2 GHz tadi yang tidak tidak hanya15% lebih cepat, tetapi juga 15% lebih hemat daya dibandingkan generasi sebelumnya. Double win.

 

Jangankan main game ya, untuk penggunaan sehari-hari saja rasanya pasti menjengkelkan kalau sedikit-sedikit harus ngecharge lagi. Kabarnya, ROG Phone 7 ini akan membawa baterai badak yang dapat diandalkan sepanjang hari!

 

3. Kecepatan Pengecasan

Undangan mabar sudah datang tetapi hapemu lowbat sedangkan timmu sudah siap. Ini pasti menjengkelkan. Jangankan untuk smartphone gaming. Smartphone harian saja rasanya sulit untuk dilepaskan sebentar saja. Apalagi ROG Phone 7 yang akan hadir dengan baterai berkapasitas besar, tentu saja perlu kecepatan isi ulang yang lebih cepat. ROG Phone 7 akan segera hadir dilengkapi dengan Hypercharge 65 W!


4. Awas! Panas adalah Musuh Utama Smartphone

Selain memberikan rasa yang tidak nyaman di tangan saat digunakan, panas yang berlebihan dapat memberikan dampak yang serius pada smartphone.

 

Tidak hanya pada gangguan jangka pendek seperti kinerja perangkat yang mungkin melambat, dalam jangka yang lebih panjang panas berlebih dapat merusak komponen smartphone kesayangan.

 

ROG Phone 7 membawa fitur canggih GameCool 7. ASUS mengklaim peningkatan efisiensi pembuangan panas hingga 168% sehingga memungkinkan seri ROG Phone 7 ini menjalankan game dengan kecepatan penuh sambil mempertahankan suhu rendah.

 

Tidak selesai sampai di situ. Seperti pendahulunya, ROG Phone 7 ini juga akan dilengkapi dengan aksesoris berupa AeroActive Cooler, lebih lengkapnya AeroActive Cooler 7. Singkatnya, aksesoris ini bekerja sebagai kipas ekstra yang membuat manajemen penanganan panas sehingga ROG Phone 7 tetap dapat bekerja pada suhu yang aman saat memainkan game yang berat sekalipun.

 

AeroActive Cooler untuk bermain lebih lama

Hal ini untuk saja membuat kita jauh lebih tenang karena selain bermain game yang lebih dingin dan nyaman, kita juga lebih tenang karena komponen internal smartphone kita tidak mengalami panas berlebih.


5. Jangan Lupakan Layar

Pada smartphone, layar berfungsi ganda: menampilkan gambar dan sebagai kontrol yang menghubungkan kita dengan perangkat.

 

Layar dengan visual yang canggih tentu akan memberikan pengalaman bermain game yang jauh lebih menyenangkan. ROG Phone 7 menggunakan layar Samsung AMOLED 165 Hz dengan tingkat pengambilan sampel sentuh 720 Hz dan akurasi warna Delta E <1 untuk visual yang memukau.

 

Layar bagus bikin mabar dan nobar makin seru

Tingkat kecerahan pada ponsel ini juga ditingkatkan hingga 1.500 nits agar lebih mudah dilihat di luar. Mabar di luar ruangan pun masih lebih nyaman, yang penting jangan di bawah terik matahari siang saja ya. Menang tidak, kulit gosong iya.

 

ROG Phone 7 ini juga dikalim memiliki akurasi warna yang lebih akurat karena bekerja sama dengan perusahaan pemrosesan visual terkemuka Pixelworks® untuk akurasi warna yang lebih baik.

 

6. Pamer Sedikit Boleh Kali Ya?
ROG Phone 7 Ultimate menampilkan ROG Vision, tampilan warna matriks unik di bagian belakang ponsel yang menunjukkan inovasi berani di balik merek ROG. Fitur kreatif ini dapat menampilkan animasi luar biasa yang dipicu oleh peristiwa sistem, seperti status pengisian daya, panggilan masuk, aktivasi Mode X, dan lainnya.

 

Bawa ini ke mabar seru sih!

Pengguna juga dapat membuat animasi yang dipersonalisasi sendiri, yang semakin meningkatkan keunikan ROG Phone 7 Ultimate. Senggol dong!

 

7. Fitur Tombol Ultrasonik.

Satu lagi fitur unik dari ROG Phone 7 ini. Sebetulnya, bukan fitur yang sangat baru juga:  Kontrol ultrasonik AirTrigger yang terkenal memberi gamer kontrol ujung jari sehingga berasa seperti main game konsol.

 

Fitur ini mendukung berbagai gerakan, termasuk Dual Action, Press and Lift, dan Gyroscope Aiming. Ada juga 10 kontrol gerak dan motor linier sumbu X yang memberikan umpan balik haptic yang kuat, membawa gamer ke dalam aksi. Hal ini juga memungkinkan fitur Vibration Mapping yang luar biasa, yang meningkatkan pengalaman sentuh dengan memberikan umpan balik haptic yang dapat disesuaikan untuk tombol virtual di layar.

***

Tertarik untuk meminang ROG Phone 7? ROG Phone 7 akan dijual mulai harga Rp10.999.000 untuk versi dasarnya.

 

Buat yang mau tau promo ROG Phone 7 dari ASUS, ini dia:

1. Early Bird Promo: Periode tanggal 18-31 Juli 2023.
Untuk setiap pembelian ROG Phone 7 series konsumen akan mendapatkan eksklusif merchandise ROG 7 Devilcase dan 2 tahun Garansi resmi, dengan total hadiah senilai 2 juta rupiah. Promo ini berlaku di semua mitra penjualan resmi Asus offline, seperti: Erafone, Urban Republic, ROG Store, Asus Exclusive Store dan Asus Authorized Partners. Serta mitra online, seperti: Eraspace, Tokopedia, Blibli dan Asus Online store.

2. Consumer Launch Promo: Periode tanggal 18-23 Juli 2023 di Atrium Gandaria City Mall.
Selain mendapatkan eksklusif merchandise ROG 7 Devilcase dan 2 tahun Garansi resmi, konsumen juga akan mendapatkan tambahan spesial merchandise seperti ROG exclusive Jacket, MLBB limited edition T-Shirt dan juga 1000 MLBB diamonds, dengan total hadiah senilai 3,5 juta rupiah. Promo ini berlaku khusus untuk konsumen yang telah melakukan pre-order dari tgl.8-17 Juli secara offline di Erafone lalu melakukan pickup/pengambilan produk di event venue ataupun untuk konsumen yang akan melakukan pembelian langsung di event venue.