Rekomendasi Laptop ASUS 2026: Untuk Kerja, Gaming sampai AI Ready

 

Kenapa ASUS? 15 Tahun Setia, Ini Alasan Saya Tak Pernah Pindah Hati 

Jawaban saya sederhana: karena pengalaman. Saya sudah menggunakan laptop ASUS sejak tahun 2011, hampir 15 tahun dan tidak pernah beralih brand sampai dengan saat ini padahal pekerjaan, kebutuhan, dan gaya hidup saya sudah berubah drastis.

 

3 dari 6 Laptop ASUS yang pernah saya pakai

Sejak kuliah, ASUS sudah menemani perjalanan hidup saya. Dimulai dari ASUS A43SV untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus, lalu berlanjut ke ASUS X550IU yang menjadi andalan saat saya menjalani masa freelancing sebagai event organizer dan wedding video editor.

 

Saat masuk dunia korporat enam tahun lalu pun, saya memilih ASUS ExpertBook untuk mengerjakan jobdesc kantor. Untuk hiburan dan kebutuhan performa lebih tinggi, saya menggunakan ASUS TUF yang memuaskan baik untuk gaming maupun editing foto dan video.

 

Sekarang, di kehidupan saya yang baru sebagai pengajar, saya menggunakan laptop impian saya sejak awal: ASUS ROG, yang sering dapat pujian di kelas soal gantengnya ROG Flow X13 yang saya pakai di kelas ini - tapi itu cerita untuk di lain hari.

 

Intinya sederhana: saya sering merekomendasikan laptop ASUS karena saya benar-benar menggunakannya di berbagai fase hidup saya.

 

Garansi Tiga Tahun (ASUS VIP Perfect Warranty) 

ASUS tingkatkan garansi sampai 3 tahun internasional (tipe tertentu)

Salah satu alasan awal saya memilih ASUS adalah garansinya. Saat brand lain masih menawarkan satu tahun, ASUS sudah memberi dua tahun. Kini, ASUS bahkan memperpanjang garansi internasional hingga tiga tahun untuk tipe tertentu, dengan cakupan di 114 negara. 

 

Artinya, jika sedang kuliah atau dinas di luar negeri dan laptop bermasalah, Anda tidak perlu pulang ke Indonesia hanya untuk klaim garansi jika negara tujuan termasuk dalam cakupan tersebut.



Program ini berlaku untuk berbagai lini ASUS Zenbook series, ASUS Vivobook S series, ASUS Vivobook Flip, dan ASUS ProArt. Selain garansi standar, ASUS juga meningkatkan proteksi untuk semua lini laptop ASUS ROG menjadi ASUS VIP Perfect Warranty, yang memberikan perlindungan ekstra pada tahun pertama masa garansi dengan cakupan di 140 service center seluruh Indonesia.

 

Yang menarik, layanan ini menanggung hingga 100 persen biaya perbaikan dan suku cadang, bahkan untuk kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan pengguna, seperti tumpahan cairan atau benturan.

 

Memilih Laptop ASUS Sesuai Kebutuhan

Tidak ada satu laptop yang cocok untuk semua orang karena kebutuhan tiap orang beda-beda. Ada yang perlu laptop ringan untuk dibawa kemana-mana, ada yang perlu performa tinggi untuk kerja kreatif atau gaming, ada juga yang penting laptopnya bisa dukung aktivitas sehari-hari, atau mungkin perlu laptop yang bisa mendukung kerja bareng AI (Artificial Intellegence).

 

Jajaran produk ASUS yang dukung AI
Jadi sebelum memilih laptopnya, penting untuk mengetahui keperluannya terlebih dahulu. Supaya tidak salah pilih, tulisan ini mungkin bisa membantu Anda untuk memilih laptop menemani aktivitas di tahun 2026 mendatang. Saya akan berusaha untuk menulisnya secara ringan dan tidak terlalu teknikal yang alih-alih memudahkan malah memusingkan.

 

1. Laptop harian yang praktis dan modern - ASUS Vivobook Series

Vivobook Series untuk yang cari laptop sehari-hari

Kita mulai dengan kebutuhan laptop paling umum: belajar, kerja, dan hiburan. Ini untuk orang-orang yang keperluannya tidak aneh-aneh. Yah laptop sehari-hari gitu lah!

 

Laptop di seri yang saya rekomendasikan pertama ini juga datang dari pengalaman. Vivobook, tepatnya Vivobook S14 OLED jadi laptop yang saya pilihkan untuk adik saya yang akan melanjutkan kuliah lagi setelah 3 atau 4 tahun bekerja. Saya pilihkan laptop ini karena keperluannya pasti akan lebih kencang, ringkas, tetapi tetap di harga yang terjangkau. Saya pilihkan seri yang layarnya juga bagus ini karena adik saya juga agak cinefil jadi kalau nonton bisa lebih seru.

 

Untuk penggunaan harian, Vivobook sudah sangat nyaman. Mengerjakan tugas, membuat laporan, mengolah data, meeting online, hingga multitasking dengan banyak tab bisa dijalani tanpa kendala. Untuk hiburan pun aman: nonton film, YouTube, browsing, hingga edit foto sederhana atau potong video singkat masih sangat sanggup. Ditambah desain yang tipis dan ringan, Vivobook cocok dibawa kuliah atau kerja di luar rumah.

 

Adik saya bawa Vivobook S untuk kuliah

Nah kalau sudah mulai kerja pakai AI, Vivobook juga sudah siap. Agak teknikal sedikit ya, Vivobook sudah dibekali hingga NPU 45+ TOPS yang sudah melampaui standar Copilot+ PC, artinya fitur AI bisa berjalan langsung di perangkat secara lebih cepat dan efisien.

 

Soal budget, tidak perlu pusing-pusing karena seri Vivobook ini punya banyak pilihan sesuai kebutuhan. Tinggal menyesuaikan antara kebutuhan dengan dana yang disediakan.

 

  • Untuk pelajar, seri ASUS Vivobook 14 A1407CA, A1407QA, dan M1407KA bisa jadi pilihan. Meski masuk segmen laptop terjangkau, laptop-laptop ini tetap menawarkan pengalaman laptop AI modern.
  • Untuk mahasiswa atau pekerja kantoran yang perlu laptop ringan, stylish, tapi tetap bertenaga untuk tugas, presentasi, dan aktivitas seharian, ASUS Vivobook S14 S3407QA atau S3407CA bisa jadi pilihan menarik. Seri ini ringkas dan efisien, dengan baterai besar yang bisa tahan hingga di atas 16 jam, cocok buat seharian di luar tanpa ribet cari colokan.
  • Untuk mahasiswa, pekerja, atau content creator yang mulai butuh tenaga ekstra terutama untuk multitasking berat, pemanfaatan AI yang lebih intens, atau pekerjaan dengan grafis lebih kuat saya rekomendasikan ASUS Vivobook S14 M3407HA. Performanya cukup fleksibel untuk kerja produktif sekaligus kebutuhan kreatif ringan. 

 

2. Laptop mewah dan elegan - ASUS Zenbook Series

Seri satu ini ditujukan untuk profesional yang mengutamakan portabilitas, performa AI, dan desain premium. Seri ini cocok untuk manager, profesional kantoran, remote worker, hingga pekerja teknologi non-gaming yang butuh laptop ringan tapi tetap powerful. 

 

Salah satu model Zenbook (Zenbook Duo UX806CA) punya dua layar

Zenbook hadir dalam beberapa varian, termasuk model layar ganda seperti Zenbook Duo (seperti pada foto di atas). Namun untuk tahun 2026, salah satu yang paling menarik justru Zenbook S14 OLED (UX5406SA) dengan satu layar yang lebih simpel dan terasa paling praktis untuk kerja harian.

 

Laptop ini tipis dan ringan, hanya sekitar 1,1 cm dengan bobot 1,2 kg, jadi enak dibawa ke mana-mana. Desainnya juga terlihat premium berkat material Ceraluminum™, yang bukan cuma kuat, tapi juga bikin tampilannya terlihat “naik kelas” saat dibawa meeting ke klien.

Layarnya pakai OLED, tajam, kaya warna, dan touchscreen jadi aman untuk kerja mobile, presentasi, sampai desain ringan. Ditambah dukungan NPU hingga 47 TOPS dan baterai yang tahan seharian, Zenbook S14 cocok untuk anda yang ingin laptop tipis, elegan, dan siap diajak kerja serius, termasuk memanfaatkan fitur AI.

 

3. Laptop gaming terjangkau - ASUS Gaming V16

ASUS Gaming cocok untuk mahasiswa

Di ASUS Gathering Makassar 2025 kemarin, saya paling banyak menghabiskan waktu di booth ini: ASUS Gaming. Pas sepi, hampir saja laptop ini saya bawa kabur. Untungnya, niat itu saya urungkan pas tahu kalau sebenarnya, ASUS Gaming ini ternyata tidak terlalu mahal.


Jatuh cinta di pandangan pertama

Saya memang masih suka laptop gaming. Bukan cuma karena hobi main game, tapi juga karena performanya yang tinggi sangat membantu pekerjaan berat non-gaming seperti editing foto dan video. ASUS Gaming ini menarik karena posisinya jelas: laptop gaming yang terjangkau. Sebuah pintu masuk ke seri gaming untuk pengguna yang masih mikir-mikir soal budget.

 

Selain untuk main game, juga relevan sebagai workhorse harian untuk pekerjaan berat yang butuh tenaga ekstra. Jadi kalau siang dipakai kerja, malamnya dipakai main game, rasanya tetap masuk akal dan tidak terasa berlebihan.

 

Ga mau pulang, maunya bawa pulang

Apalagi dengan bobot yang relatif ringan untuk ukuran laptop gaming, seri K16 dan V16 ini masih cukup realistis untuk dibawa kuliah atau kerja. Ditambah RAM yang bisa di-upgrade dan sistem pendingin yang mumpuni, laptop ini terasa cukup future-proof untuk beberapa tahun ke depan, tanpa harus langsung lompat ke kelas harga yang jauh lebih tinggi.

 

Makanya, kalau anda mahasiswa, kreator pemula, atau profesional muda yang butuh laptop kencang tapi masih harus realistis soal budget, ASUS Gaming Series ini menurut saya ada di titik tengah yang pas. Harga masuk akal, performa dapat, dan fleksibel untuk berbagai kebutuhan.

 

ASUS Gaming Series ini bisa dimahar dengan harga mulai Rp12.999.000. Sebuah posisi yang sangat menarik. Yang versi tertingginya pun, yang pakai RTX 5060, masih duduk cantik di bawah sembilan belas juta Rupiah.

 

4. Laptop gaming terbaik - ASUS TUF & ROG

ASUS TUF dan ROG adalah dua lini yang sepertinya tidak perlu banyak pengantar. Keduanya saya rekomendasikan untuk siapa pun yang mengincar performa tinggi, baik untuk gaming maupun pekerjaan berat, dan saya punya pengalaman langsung menggunakan keduanya.

 

Untuk gamer yang butuh laptop tangguh dan tahan banting, ASUS TUF Gaming adalah jawabannya. Seri ini dikenal lewat sertifikasi standar militer, tapi tetap bertenaga untuk menjalankan game AAA modern. Di tahun 2025, ASUS TUF Gaming F16 hadir dengan desain baru yang lebih ramping sekitar 17,9 mm namun tetap membawa performa serius berkat dukungan kartu grafis generasi terbaru.

 

TUF F16 dengan Core i7 dan NVIDIA RTX 5070

Buat saya, TUF ini tipe laptop yang rasanya “aman” dipakai jangka panjang, tanpa harus terlalu khawatir soal durability. Harganya juga masih di bawah ROG.


TUF ada versi Tower PC juga

Nah kalau bicara ROG, ceritanya memang naik satu level. Ini lini untuk yang tidak mau kompromi. Kalau mau performa tapi tetap mau yang masih portable, ROG Zephyrus G14 dan G16 cocok. Kombinasi portabilitas, desain premium, dan tenaga besar, cocok untuk gamer sekaligus kreator konten.

 

Manifesting join the Republic di 2026

Sementara kalau ROG Strix SCAR 16/18 dan Strix G16/G18 ini kayaknya lebih cocok untuk gaming yang kompetitif karena dengan refresh rate tinggi, sistem pendinginan mantap, serta spesifikasi kelas atas yang memang dirancang untuk kompetisi.

 

Untuk penggunaan pribadi, saya menggunakan ROG Flow. Jujur saja, saya masih sering heran dengan performanya yang besar dalam bodi yang sangat kecil, bisa dilipat jadi tablet, layar sentuh, dan mendukung stylus. Saya pakai untuk presentasi di kelas, editing foto dan video personal, dan main game pastinya.

 

Main game tipis-tipis di booth Gaming Brand #1

 

5. Main game di mana saja - ROG Xbox Ally

Kita geser sebentar dari laptop ke perangkat handheld atau PC genggam. Awalnya, saya termasuk yang memandang sebelah mata perangkat seperti ini bukan karena performanya, tapi rasanya tidak cocok untuk gaya main saya.

 

Bapak lo geming - lah emang

Namun seiring waktu, terutama setelah jadi bapak-bapak, perspektif itu berubah. Waktu main game tidak lagi panjang dan terjadwal, jadi perangkat seperti ROG Xbox Ally justru terasa masuk akal. Bisa main sambil jaga anak, menunggu kelas, atau di sela waktu luang tanpa harus membuka laptop atau duduk serius di meja.

 

Saya juga kadang membayangkan kalau lagi tidak perlu mengetik, kayaknya cukup bawa ROG Xbox Ally ini ke kelas.

 

Performanya juga oke, apalagi karena ini sebenarnya adalah PC ya jadi bisa dipakai untuk keperluan kayak nonton, youtube, dan sebagainya. Hmmmm menarik (sambil melihat isi tabungan).

 

6. Laptop pekerja visual yang akurat - ProArt 

Kalau tadi kita bicara soal gaming, dari laptop sampai handheld, ASUS sebenarnya juga punya lini lain yang arahnya berbeda, tapi sama seriusnya soal performa: ASUS ProART. Kalau TUF dan ROG fokus ke FPS dan benchmark, ProArt ditujukan untuk pekerjaan visual yang menuntut presisi.

 

Laptop ProArt untuk sahabat renderku

Seri ProArt ini saya rekomendasikan untuk anda yang sehari-hari berkutat dengan visual: desainer grafis, ilustrator, fotografer, videografer, hingga digital artist. Performanya kuat untuk rendering, editing foto dan video resolusi tinggi, sampai motion, tapi tetap dibuat ringkas dan portable untuk kerja mobile.

 

Yang paling krusial dari ProArt tentu soal akurasi warna. Ini super-duper-penting-banget untuk memastikan warna yang kita lihat di layar konsisten dengan hasil akhir, baik saat dikirim ke device lain maupun saat dicetak. Ehem, masalah klasik yang sering dikeluhkan banyak editor.

 

Jadi kalau ROG dan TUF saya rekomendasikan untuk performa tanpa kompromi di dunia gaming, ProArt adalah pilihan paling masuk akal untuk profesional visual yang mengutamakan akurasi.

 

Aksesoris pendukung semakin lengkap

Di luar urusan performa dan spesifikasi, ASUS juga tidak luput menyiapkan berbagai aksesoris resmi untuk melengkapi pengalaman berkomputernya.

 

Untuk lini gaming seperti TUF dan ROG, tersedia backpack khusus yang disesuaikan dengan ukuran dan bobot laptop gaming. Sementara untuk ROG Xbox Ally, ada tas kecil yang ringkas dan praktis yang cocok dibawa nongkrong atau menunggu kelas tanpa harus membawa ransel.

Charger original mungkin terdengar sepele, tapi justru penting untuk menjaga stabilitas daya, suhu, dan umur baterai agar tidak cepat menurun.

 

Kalau Vivobook dan Zenbook ceritanya beda. Lini ini lebih cocok dipasangkan dengan aksesoris yang kalem dan rapi seperti jajaran mouse dan keyboard dengan desain minimalis.

 

ASUS Fragrance Mouse MD102 dan beragam aksesoris lain

Lalu ada ASUS Fragrance Mouse MD102, mouse yang lucu, centil, dan... punya parfum dan bisa diisi ulang. Jadi kalau misalnya mau ke kafe atau ada kuliah siang-siang dan lupa bawa parfum bisa, "untung gue bawa mouse".

 

Supaya tidak salah pilih

Pada akhirnya, kembali ke poin saya pertama di awal. Tidak ada satu laptop yang sempurna untuk semua kebutuhan. Pun begitu, saya yakin ada laptop yang sesuai untuk setiap fase dan kebutuhan. Pengalaman saya menggunakan ASUS menjalani fase kuliah, kerja, freelancing, gaming, sampai sekarang mengajar dan jadi bapak-bapak yang curi-curi waktu main game, membuat saya yakin untuk merekomendasikan brand satu ini kepada siapapun.

 

Kalau anda, tipe pengguna yang mana? Si praktis Vivobook, atau si mendang-mending performa kayak saya? Tentu saja pilihan tetap ada di tangan anda. Saya hanya berharap semoga laptop yang dipilih nanti bisa menemani cerita hidup anda, sejauh ASUS sudah menemani cerita hidup saya. 

Ternyata Tidak Semua Laptop untuk AI itu Sama: ASUS Vivobook S14


 

Kesimpulan: Saya baru tahu kalau ternyata tidak semua laptop itu punya kemampuan yang sama untuk menjalankan pemrosesan AI (Artificial Intellegence). Ada teknologi baru bernama NPU (Neural Processing Unit), yang secara sederhana adalah otak kecil di dalam laptop yang tugasnya khusus menangani aktivitas berbau AI. Saat ini, belum semua laptop sudah punya teknologi tersebut.

 

Singkatnya, laptop yang punya NPU ini secara umum akan mampu menjalankan aplikasi berbasis AI dengan lebih cepat dibandingkan laptop yang belum mengadopsi teknologi NPU. Dengan semakin populernya program-program berbasis AI, serta semakin banyaknya pekerjaan bisa dikerjakan lebih cepat dan mudah berkat bantuan AI, rasanya cukup bijak kalau kamu mempertimbangkan keberadaan NPU saat memilih laptop baru.

 

Kalau kamu merasa laptopmu sekarang sudah mulai melambat dan butuh laptop baru yang bisa diandalkan untuk menjalankan aktivitas AI, mungkin kamu akan suka laptop terbaru dari ASUS, yaitu Vivobook S14.

 

Mari kita kenalan, apakah Vivobook S14 yang berkode S3407CA ini worth it di tahun 2025? 

***

1. Vivobook S14 S3407CA mampu aplikasi berbasis AI dengan cepat dan pintar

 

Contoh skenario penggunaan AI dalam editing foto

Sepertinya AI memang masa depan. Suka atau tidak. Foto di atas adalah contoh sederhana bagaimana AI bisa memudahkan aktivitas sehari-hari kita. Pada foto di atas, saya merasa terganggu dengan garis-garis pada tembok di belakang saya. Di workflow lama, kita harus melakukan clone pattern dari tembok untuk menutupi garis yang mengganggu. Hasilnya juga kadang tidak sesuai apalagi kalau kita tidak mahir melakukan seleksi object.

 

Pada foto di atas, saya coba seleksi kasar dan biarkan AI yang beraksi. Sebagai pengguna yang sebetulnya tidak begitu mahir dengan aplikasi manipulasi foto, teknologi AI ini super duper membantu.

 

Vivobook S14 ini sudah dibekali dengan teknologi NPU dengan kemampuan hingga 13 TOPS. TOPS (Tera Operations Per Second) adalah seberapa banyak operasi atau perhitungan yang bisa dilakukan oleh NPU ini dalam satu detik. Semakin tinggi angka TOPS-nya, semakin cepat dan pintar laptop tersebut dalam menjalankan tugas berbasis AI.

 

Di tahun 2025, kemampuan NPU dengan performa sekitar 13 TOPS sudah tergolong cukup mumpuni jika kamu sering melakukan aktivitas AI ringan sampai menengah, misalnya menjalankan aplikasi foto atau video editing yang punya fitur AI. Contoh seperti object removal yang saya perlihatkan pada foto di atas.

 

13 TOPS ini sudah mampu memberikan respons yang cepat dan efisien. Untuk pengguna umum, mahasiswa, atau pekerja kreatif, Vivobook S14 ini sudah mumpuni dan relevan.

 

2. Performansi Vivobook S14 S3407CA bisa diandalkan

 


Bagaimana dengan performa Vivobook S14 ini? Sepertinya tidak berlebihan untuk bilang kalau Vivobook S14 di tahun 2025 ini sangat bisa diandalkan. Untuk aktivitas yang lumayan berat pun, seharusnya oke.

 

Pasalnya, ASUS Vivobook S14 dirancang sebagai laptop modern dengan performa AI premium dan mobilitas tinggi. Laptop AI ini hadir dengan berbagai pilihan prosesor, salah satunya adalah berbasis prosesor Intel® Core™ Ultra (Series 2) yakni Intel® Core™ Ultra 5 Processor 225H dan Intel® Core™ Ultra 7 Processor 255H.

 

Sederhananya, untuk aktivitas komputer sehari-hari, seperti seperti menjalankan aplikasi office, Vivobook S14 ini sudah lebih dari cukup. Untuk aktivitas berkomputer yang kategorinya menengah, seperti editing foto atau editing video, Vivobook S14 ini masih aman. Tentu dengan catatan, editing foto dan editing video yang dilakukan sesuai dengan skalanya projectnya pula.

 

Skala project adalah kunci. Sebagai gambaran, Vivobook S14 ini seharusnya bisa digunakan untuk project video editing dengan resolusi Full HD (1080p). Sementara untuk project beresolusi 4k, bisa-dengan catatan. Jika proyek 4k kamu berupa klip pendek tanpa banyak efek, transisi, atau color grading yang kompleks, mungkin masih bisa ditangani.

 

3. Vivobook S14 S3407CA bisa diajak multitasking

 
Vivobook S14 hadir dengan RAM DDR5 sebesar 16GB, yang secara umum lebih cepat dibanding laptop generasi sebelumnya yang masih banyak di generasi DDR4. RAM atau kecepatan memori ini berpengaruh sangat signifikan kalau kamu membuka banyak aplikasi sekaligus, atau berpindah antartugas.

 

Jadi kalau misalnya kamu sering mengerjakan tugas kuliah atau kantor sambil dengar podcast, browsing referensi, buka spreadsheet, pertimbangkan tentang RAM ini sangat penting supaya aktivitas kamu tetap lancar tanpa nge-lag. RAM ini juga berpengaruh untuk kelancaran jalannya aplikasi.

 

Laptop pribadi yang saya gunakan saat ini juga punya kapasitas 16GB dan saya merasa masih sangat nyaman untuk aktivitas sehari-hari, mengedit video juga masih sanggup. Kabar baiknya lagi, kalau saat kamu menggunakan Vivobook S14 ini dan suatu saat merasa ah RAM-nya kurang, RAM Vivobook S14 ini bisa di-upgrade, tidak perlu langsung ganti laptop - kecuali kamu sultan ya bebas.

 

4. Vivobook S14 S3407CA untuk Work From Cafe?

Kayaknya sekarang wajib banget ya, laptop itu bisa diajak ngafe. Kayak, wajib. Laptop, lu jangan malu-maluin guweh! 

 

Saat saya menggendong ASUS Vivobook S14 ini, kesan saya cukup ringan. Bobotnya mulai dari 1,4kg dan ketebalannya mulai dari 1,59cm. Bentuknya juga ringkas, jadi masih okelah kalau kamu sering pindah tempat, pindah dari ruang kuliah ke ruang kuliah, atau jelajah cafe ke cafe untuk ber-WFC. Sudah pakai WiFi 6E untuk mendukung internetan dengan wifi yang lebih cepat dan stabil.

 

Saya juga suka desainnya, masih okelah untuk diupdate di story dengan caption WIP alias Work In Progress seperti orang-orang gaul masa kini.

 

Tapi kan ya, apa gunanya laptop itu kalau baterainya lemah? Tidak jadi itu apa-apa anda. Tenang, ASUS Vivobook S14 ini punya daya tahan baterai hingga lebih dari 12 jam, kamu bisa tetap produktif. Lupa charger pas ke cafe ya masih aman-aman saja. Ini tidak ada rencana nginap di cafe kan ya?

 

5. Vivobook S14 S3407CA soal ketahanan fisik

Masih lanjut soal mobilitas. Sebagai laptop yang dirancang untuk menunjang mobilitas tinggi, ASUS membekali Vivobook S14 dengan sistem perlindungan yang tangguh dan andal. Laptop ini menggunakan bodi dual-metal chassis yang kokoh dan telah mengantongi sertifikasi ketahanan US Military Grade Durability (MIL-STD-810H). 


Sertifikasi ini membuktikan bahwa Vivobook S14 mampu bertahan dalam berbagai kondisi ekstrem dan penggunaan jangka panjang, menjadikannya perangkat yang andal untuk aktivitas sehari-hari maupun perjalanan.

 

Jadi kalau kamu sering ada kuliah lapangan, atau cuti kerja mau holidei tapi on call bawa laptop ya, ketahanannya masih bisa diandalkan.

 

6. Vivobook S3407CA sudah dilengkapi aplikasi office

Untuk meningkatkan pengalaman pengguna, Vivobook S14 juga telah dilengkapi dengan langganan gratis layanan Microsoft 365 selama satu tahun, serta Office Home & Student 2024 seumur hidup. Jadi amanlah, tinggal pake.

 

7. Vivobook S14 berani kasih garansi internasional hingga 3 tahun.

Ya! Anda tidak salah baca! ASUS memberikan garansi internasional selama tiga tahun. Saya ulang: Garansi. Internasional. Tiga. Tahun.

 

Kamu bisa melakukan klaim di 114 negara tanpa dikenakan biaya servis maupun penggantian spare-part. Jadi kapan-kapan, kalau sedang business trip di luar negeri lalu hari sial itu muncul laptopnya tiba-tiba bermasalah, silahkan datang ke service center di negara tersebut. Jika negaranya termasuk 114 negara dalam skema garansi internasional ASUS, kamu bisa bernapas lega. 

 

Untuk anda yang ceroboh (termasuk saya hehe). ASUS juga menyertakan program perlindungan ekstra bernama ASUS VIP Perfect Warranty. Program ini memberikan jaminan penggantian komponen atas kerusakan akibat kelalaian pengguna di tahun pertama pemakaian.

 

Lewat perlindungan menyeluruh baik dari sisi desain maupun layanan, Vivobook S14 ini bisa jadi pilihan tepat bagi kamu yang membutuhkan laptop tangguh dan siap menemani aktivitas di mana saja.

***

Saya rasa Vivobook S14 ini sangat worth it. Dengan semua fitur yang ditawarkan, saya bisa merekomendasikan Vivibook S14 untuk untuk mahasiswa yang aktif, pekerja kantoran yang sering kerja remote, content creator pemula yang mulai main di editing, atau pengguna umum yang ingin laptop harian yang nggak cepat kedaluwarsa secara performa.

Alamat Blog Baru dan Mau Dibawa ke Mana Blog Ini?


Kehilangan akses ke domain lama

Tahun 2013 setelah lima tahun nge-blog, saya memutuskan untuk membeli domain premium untuk blog ini. Biar kayak bloger beneran. Dengan bangga, saya menggunakan identitas itu ke mana-mana.

 

Sebelas tahun berlalu. Sekitar pertengahan 2024, saya kehilangan akses ke dashboard pengelolaan domain saya. Sebenarnya saya sudah menghubungi customer service dan mereka menawarkan solusi administrasi yang masuk akal tetapi cukup berat untuk saya lakukan.

 

Setelah menimbang cukup lama, saya memutuskan untuk menggunakan domain baru saja sekalian.


Kondisi terkini

Tahun 2024, saya hanya berhasil menelurkan dua biji tulisan. Sungguh sebuah prestasi yang tidak membanggakan. Dibilang sibuk, sebenarnya masih bisa meluangkan waktu juga. Teman-teman saya, yang bahkan lebih sibuk saja masih bisa meluangkan waktunya.

 

Ngomong-ngomong soal teman, dunia blog belakangan ini semakin sepi. Meskipun jarang posting, saya masih rutin membuka blog-blog teman-teman saya. Beberapa masih aktif, lebih banyak lagi yang sudah tidak update. Pindah ke Youtube, Instagram, atau Tiktok.

 

Lalu untuk apa membeli domain?

Saya juga bingung kenapa saya mengeluarkan uang dua ratus ribu untuk membeli domain ini kalau sudah jarang diisi dan teman-teman blog juga sudah semakin berkurang.

 

Mungkin alasan nostalgia. Beberapa waktu yang lalu, saya membaca kembali tulisan yang saya tulis sewaktu masih kuliah. Geli. Namun itu adalah tulisan saya, yang saya anggap keren pada waktu itu.

 

Scroll, scroll, scroll di tulisan lain, saya tertawa. Sedih. Atau sesimpel, "oh ini pernah kejadian ya?". Membaca tulisan-tulisan lama seperti berdialog dengan diri sendiri di masa yang lalu. Dia seperti bilang, "eh ingat ini tidak?". Lalu menunjukkan tulisan dan foto yang dia maksud.

 

Blog ini adalah hidup saya

Saya membuat blog ini di sebuah warung internet, sebelah SMP 30 Makassar. Tidak ada tujuan, hanya karena suka. Blog ini juga beberapa kali mendatangkan hal baik, membuka kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ke Bali gratis, salah satunya.

 

Blog ini adalah arsip kehidupan saya. Entah mengapa, saya bisa jujur di sini, di blog saya sendiri, sebagai diri saya sendiri.

 

Suatu hari nanti ketika ingatan saya mulai tumpul, saya ingin bercerita kembali dengan diri saya di masa yang lalu itu. Mengingatkan hal-hal baik yang pernah saya alami. Meski agak khawatir juga kalau suatu hari, anak saya menemukan blog ini dan membaca aib bapaknya (Halo, Ale!).

 

Blog ini telah lebih daripada arsip, blog ini adalah hidup saya. Ketika saya menikah, di saat orang-orang pada umumnya membuat undangan digital di vendor, saya membuat undangan pernikahan via blog ini.

 

Bukan karena pelit, tetapi saya ingin undangan saya personal dan tetap ada selama blog ini masih bisa diakses. Kalau numpang di server orang, tidak lama juga hilang.

 

Untuk kamu yang membaca blog ini, selamat menyambut tahun baru 2025 yang datang sebentar lagi, dan selamat datang (pause sejenak) dityar.com.


Makassar setelah lima tahun merantau, 2024.

Seru! Belanja dan Ikut Workshop di ASUS Exclusive Store Makassar


Kesimpulan

Alamat ASUS Exclusive Store Makassar adalah di Trans Studio Mall Makassar LG No 91A. Berbelanja melalui ASUS Exclusive Store punya banyak kelebihan, seperti stok yang selalu update, jaminan keaslian dan garansi produk, serta kesempatan untuk mencoba produk secara langsung.

***

Workshop di ASUS Exclusive Store
Seru. Itulah kesan yang saya rasakan saat menghadiri workshop yang dilaksanakan di ASUS Exclusive Store Sabtu kemarin.

 

Workshop pertama dibawakan oleh Picel Media, dan yang kedua dibawakan oleh AiAirin, seorang gamer, cosplayer, serta idol asal Makassar. Kedua narasumber membahas bagaimana kita dapat memanfaatkan AI untuk memudahkan aktivitas harian kita.

 

AiAirin yang datang lengkap dengan kostum Ada Wong dari game Resident Evil berbagi pengalaman menggunakan laptop ASUS ROG untuk main game secara maksimal, serta fitur AI untuk mencari inspirasi pose cosplay. Keren sekali!

 

Selain workshop yang seru, kabar baik lainnya adalah sekarang di Makassar sudah ada ASUS Exclusive Store. Berikut ini adalah enam keuntungan berbelanja melalui ASUS Exclusive Store:

 

1. Stock yang Update
Kelebihan berbelanja di ASUS Exclusive Store yang pertama adalah stok yang selalu update. Jadi, semakin gampang mencari produk baru. Tidak seperti pengalaman saya di tahun 2011 yang harus keliling Makassar mencari laptop baru yang baru saja dirilis waktu itu. *flashback.

 

2. Keaslian dan Garansi
Ini sudah jelas ya, berbelanja jadi lebih aman dan nyaman dengan jaminan keaslian dan garansi barang yang kita beli. Tidak ada lagi kekhawatiran barang bekas, KW, atau refurbish! Dan jika ada kerusakan dalam masa garansi, tinggal bawa ke service center, beres.

 

Garansi ASUS juga panjang: 2 tahun global.

 

3. Mencoba Produk Langsung
Sepertinya ini yang paling menarik. Kemarin waktu mengikuti workshop di ASUS Exclusive Center, saya mencoba ROG Ally yang dipajang. ROG Ally sendiri adalah produk gaming handheld yang mulai menarik perhatian saya. Setelah mencoba, rasanya jadi makin ingin saja.
 

Beli kali ya?

 

4. Perbandingan Produk
Bingung mau Zenbook yang mewah atau versi ROG yang gaming banget? Bisa dicoba dulu di tempat. Bingung? Tinggal konsultasi dengan staff ASUS yang stand by. Kalau sudah yakin, bungkus.

 

5. Aksesoris Resmi
Selain laptop, ASUS Exclusive Store juga menjual aksesoris resmi. Jadi lebih gampang kalau misalnya beli laptop TUF dan mau mouse gamingnya juga, bisa!

 

6. Promo Eksklusif
Biasanya, ASUS Exclusive Store punya gimmick dan promo. Bentuknya bisa berupa diskon atau cashback.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi Instagram @asusexclusivestore.tsm. Oh iya, workshopnya masih akan ada lagi. Silahkan simak di akun Instagramnya ya. Saya sendiri sudah berhasil bawa pulang mouse TUF sebagai doorprize hehe.

 

Narsis bersama AiAirin dan Blogger Makassar

Micro Four Third Belum Mati: Lumix G9 Mark II Hands-On & First Impression

Lumix G9 Mark II: Napas Baru Sistem MFT
Titik Lemah Lumix

Bertahun-tahun, sistem autofocus Lumix menjadi titik lemah. System DFD yang digunakan Lumix, sebenarnya untuk foto masih cukup-cukup saja. Namun sekarang sudah banyak fotografer yang merangkap videografer juga dan lingkungan kerja mereka menuntut autofocus yang cepat dan reliabel supaya tidak kehilangan momen.

 

Andai saja Lumix berani membuang sistem DFD dan mengadopsi Phase Detection Auto Focus (PDAF) yang lebih reliabel dan predictable, saya yakin Lumix menjadi satu langkah lebih dekat menjadi kamera yang sempurna.

 

Sampai akhirnya kejadian. Setelah cukup lama, lewat tajuk New Phase, Lumix mengadopsi teknologi PDAF di jajaran Full Frame melalui seri S5 Mark II dan S5 Mark IIX yang langsung mendapatkan respon yang sangat positif di kalangan para profesional dan para antusias.

 

Seri S5 Mark II dan S5 Mark IIX menerima banyak review positif dan menjadi salah satu kamera paling laku di tahun 2023 kemarin. Mafhum, selain sistem autofocus yang sudah jauh lebih baik, kedua kamera ini juga membawa segudang fitur untuk para videografer dan sinematografer.


Lumix Melupakan MFT?

Akhir tahun kemarin, hampir setahun setelah merilis S5II dan S5IIX, Lumix akhirnya mengumumkan generasi penerus Micro Four Third terbaru setelah GH6 mendapatkan respon yang sepertinya kurang menyenangkan.

 

Jangan salah, GH6 adalah kamera siap tempur dengan segudang fiturnya dan siap menemani kita menerjang segala hambatan hidup - jika kita tidak perlu autofocus. Ayolah, lensa sinema juga toh masih manual fokus juga. Saya akan dengan senang hati mengawinkan GH6 dengan lensa vintage dan boom: cinematic.

 

Lumix G9 Mark II 37mm; ISO 1000; F1.7; 1/250

G9 Mark II (selanjutnya ditulis G9II), akhirnya datang ke Indonesia. Seperti oasis di tengah hausnya para antusias MFT dan komunitas Lumix Owner Indonesia (LOI) yang sudah lama mendambakan rilisan terbaru dari Lumix agar sistem ini tidak mati.

 

Sepertinya cukup aman untuk bilang: Lumix belum melupakan MFT.

 

Lumix G9II: Hands On & First Impression

G9II ini adalah kamera high-end. Bisa berdiri sendiri sebagai senjata utama, G9II ini sepertinya cocok sebagai B-Cam pelengkap S5II dan S5IIX. Bodinya sama persis sehingga aksesoris yang kompatibel dengan kedua kakaknya itu, kemungkinan besar juga akan kompatibel di body G9II. Kontrol dan tombol-tombolnya juga sepertinya identik.

 

Dari segi build quality terasa kokoh khas Lumix. Cukup nyaman di genggaman tetapi perlu diingat lagi karena bodinya sama persis dengan S5II dan S5IIX, G9II ini bukanlah kamera kecil.

 

Bekerja dengan G9II di luar ruangan dengan kondisi cuaca yang tidak terprediksi juga cukup menenangkan karena bodinya sudah tahan debu dan percikan, serta dapat beroperasi pada suhu -10 hingga 40 derajat celcius.

 

Lumix G9 Mark II di 44mm; ISO 1000; F1.7; 1/250.

Autofocus G9II Sudah Bisa Dipercaya?

Dalam pengetesan singkat 10 menit saya kemarin, autofocus G9II sepertinya sudah bisa diadu dengan kompetitor dan jelas bukan lagi deal-breaker seperti generasi sebelumnya. Pulsing sudah tidak muncul dan autofocusnya cepat dan snappy untuk foto. Pada mode video, autofocus-nya cukup lengket pada subjek di video dengan mode AFC (continous AF) dengan moda Human Detection.

 

Lumix G9 Mark II di 42mm. ISO 1000; F1.7; 1/250

Perlu dicatat pengetesan ini saya lakukan untuk 1 orang subjek di depan kamera, sehingga saya tidak bisa mengetes bagaimana performa G9II apabila digunakan di kondisi keramaian seperti liputan ataupun wedding. Silahkan cari reviewnya melalui Youtube.

 

Lumix G9II Untuk Siapa?

Apakah Lumix G9 Mark II Worth It? Jawaban singkat saya: ya. Dibanderol dengan harga Rp29jutaan, jelas ini bukan kamera murah. G9II ini meski mengedepankan fotografer duluan, fitur videografinya sangat bisa mendukung lingkungan kerja profesional dengan dukungan codec yang sangat kaya, dukungan perekaman Prores 422, Real-time LUT, serta dapat merekam langsung ke SSD yang lebih efisien dibandingkan dengan CF-Express atau bahkan SD Card yang perbandingan kapasitas dan harganya yang lebih mahal.

Untuk spesifikasi lengkap Lumix G9 Mark II, silahkan ke website Panasonic Lumix.

 

Lumix G9 Mark II V-Log VS Rec 709 Conversion

Meskipun tidak memiliki active cooling (kipas) seperti S5II dan S5IIX, Lumix memiliki track record yang sangat baik dalam melawan masalah overheat dibandingkan kompetitornya. Pun begitu, perlu tetap bijak apalagi mengingat kondisi cuaca tropis Indonesia yang cenderung panas di luar ruangan.

 

Untuk perekaman pendek masih sangat aman, untuk perekaman panjang pun seharusnya aman tetapi harap tetap waspada demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.


G9II ini juga cocok untuk para creator karena sudah mengadopsi teknologi Open Gate juga, mode ini memungkinkan G9II memanfaatkan seluruh ukuran sensor sehingga memudahkan untuk editing keperluan publikasi berbagai media vertikal maupun horizontal.

 

Harapan Seorang Penggemar Kere

Foto bersama Class With Lumix bersama Yudha dari AlphaWorksID

G9II adalah angin segar. Lama dinantikan, kemampuannya memang di luar ekspektasi. Sayangnya, begitu pula harganya. Apabila saya bekerja di lingkungan profesional dan saya sudah memiliki beberapa lensa MFT, saya mungkin tidak akan ragu memilihnya.

 

Sepertinya Lumix juga akan sepenuhnya meninggalkan sistem autofocus berbasis contrast detect (DFD) sehingga kemungkinan besar rilisan berikutnya juga akan mengadopsi PDAF.

 

Sampai saat ini saya masih menggunakan Lumix G85 yang sudah terbilang cukup jadul. Saya sudah punya keinginan untuk upgrade dan mungkin akan menunggu rilisan terbaru yang lebih compact dan terjangkau. Mungkin di lini GX atau G100 Mark II seperti yang dirumorkan.

 

Apabila kamera rilisan Lumix berikutnya lebih terjangkau, mengusung sensor yang lebih anyar, mampu merekam 10 bit (420 juga tidak masalah), 5-axis IBIS (mengingat Lumix pernah mengeluarkan kamera tanpa IBIS), keinginan saya untuk pindah ke brand sebelah mungkin akan dibatalkan.